Gunung Papandayan terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di kecamatan Cisurupan. Gunung yang memiliki ketinggian 2665 di atas permukaan laut ini terletak sekitar 70 Km sebelah tenggara kota Bandung.
Kali ini saya pergi bersama pacar. Kebetulan pendakian gunung ini sudah kali ke berapa yang dilakukan oleh kami. Hanya saja kami rindu naik gunung, sementara cuaca sedang tidak bersahabat jadi kami putuskan memilih Gunung Papandayan.
Tidak banyak barang bawaan kami, hanya 1 buat carrier seukuran 38L dan satu daypack seukuran 20L. Kami berangkat dari Bandung tepatnya di daerah Cigadung menggunakan kendaraan pribadi menuju Camp David (Basecamp Gunung Papandayan). Setiba disana si pacar melakukan registrasi dan menitipkan kendaraan sementara saya menunggu di warung sembari menyeruput teh panas.
Setelah semua beres, kami berangkat untuk trekking lah. "Tabung oksigen kamu udah?" Si pacar mulai mengingatkan dan segera saya jawab, "sudah." "Obat kamu udah juga?" Tanya pacar sembari mengingatkan juga,kemudian saya jawab dengan lembut, "sudah sayang."
Melanjutkan trekking, si pacar terus berada di samping saya sesekali menengok ke arah saya, mungkin memastikan keadaan saya akan baik-baik saja. Sesekali saya membuka tabung oksigen dan menghirupnya sambil mengatur nafas. Si pacar melihat dan bertanya "ngga apa-apa? Masih kuat kan?" "Kuat, ayo." Jawab saya semangat.
Tidak memakan waktu lama, sebelum jam 11 kami sudah tiba di Pondok Salada.
Si pacar mulai mencari lapak untuk mendirikan tenda, saya hanya mengikuti dari belakang. Tak lama kami menemukan lapak untuk mendirikan tenda, tenda selesai didirikan, hujan turun cukup deras, membantu pacar memasang flysheet untuk tenda kami agar tidak kehujanan. Kemudian menyelamatkan carrier juga dari hujan agar tidak basah. Setelah semua selesai si pacar memasak nasi (fyi: saya tidak pandai memasak nasi di nesting. Jadi jika berpergian ke gunung selalu pacar yg memasak nasi :p). Hujan masih terus turun. Tak lama pacar memasang hammock. Awalnya kami bercerita, lama kelamaan saya tertidur di hammock dan langsung di bangunkan oleh pacar untuk pindah tidurnya di dalam tenda. Akhirnya saya pindah ke dalam tenda meskipun dan ditemani si pacar hingga di double sleepingbag saya olehnya agar tidak kedinginan dan kambuh asmanya.
Sudah sore, si pacar membangunkan saya. Pacar minta izin mencari kayu bakar untuk membuat api unggun malam itu. Sembari pacar mencari kayu bakar, saya membuat minuman hangat karna tubuh saya terlampau dingin. Sesekali juga menghirup tabung oksigen.
Seperti biasanya, membuat api unggun dan bercerita. Tak lama saya kembali ke dalam tenda untuk mengganti pakaian sedangkan si pacar sibuk dengan api unggunnya. Kemudian saya izin untuk tidur terlebih dahulu. Sekitar satu jam saya tidur, si pacar masuk dalam tenda dan menawarkan sleepingbag lagi.
Kami tertidur pulas hingga pagi. Seperti biasa, si pacar bangun duluan. Dia sudah memasak nasi dan sudah membuat kopi, tak lama saya terbangun karena nafas saya sesak, kemudian saya kembali tertidur. Kemudian saya terbangun (lagi) si pacar menawarkan teh dan saya menggeleng. Kemudian saya mengganti pakain lagi lalu saya membantu si pacar memasak, memasak sup bakso, dan telur dadar tanpa retak sedikitpun. (Fyi, saya bangga! Karena memasak telur dadar di nesting agar tidak pecah dan berantakan itu sulit.)
Selesai makan kami packing, selesai packing hujan turun kembali. Setelah hujan lebih reda kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan turun. Tidak memakan waktu yang lama untuk kami turun dan kembali ke basecamp.
Kembali ke warung, si pacar mengambil kendaraan pribadi dan lagi lagi saya hanya duduk menunggu di warung. Yay!!
Setelah semua selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Bandung...
Yay!!
Sekian cerita perjalanan mendaki gunung di Gunung Papandayan, Garut bersama si pacar.
Kawah Papandayan masih tetap terlihat indah
Kawah Papandayan
Note :
Sekarang di Pondok Salada sudah banyak sekali tukang cilok, warung kopi, dan sudah ada toiletnya. Uwoh~