Merah.
Yang kau goret itu luka ku.
Yang kau bedah itu luka ku.
Telah memerah sejak lama.
Dan kini kau tambahkan lagi merahnya.
Tidak adakah keinginan untuk membuatnya putih? Atau membuatnya menjadi biru? Atau warna lainnya? Haruskah memasang muka merah saat tersipu malu melihatmu pertama kali?
Haruskah memasang muka merah saat kau melakukan hal yang membuatku marah? Haruskah luka jatuh ini berwarna merah kemudian orange kemudian coklat? Tapi kenapa kau tuangkan alkohol di luka itu? Kau bilang itu akan baik2 saja. Kau bilang itu akan sembuh. Tapi nyatanya? Ini malah semakin merah. Semakin sakit. Sakitnya menyeluruh....
Yang kau bedah itu luka ku.
Telah memerah sejak lama.
Dan kini kau tambahkan lagi merahnya.
Tidak adakah keinginan untuk membuatnya putih? Atau membuatnya menjadi biru? Atau warna lainnya? Haruskah memasang muka merah saat tersipu malu melihatmu pertama kali?
Haruskah memasang muka merah saat kau melakukan hal yang membuatku marah? Haruskah luka jatuh ini berwarna merah kemudian orange kemudian coklat? Tapi kenapa kau tuangkan alkohol di luka itu? Kau bilang itu akan baik2 saja. Kau bilang itu akan sembuh. Tapi nyatanya? Ini malah semakin merah. Semakin sakit. Sakitnya menyeluruh....
Rgrds,
Tulisan ini berupa ungkapan hati dari saya untuknya yang tak sanggup saya keluarkan dari mulut. Dan tulisan ini saya dedikasikan untuk komunitas one week one paper, saya rindu berada di antara kalian. Berpuisi, meneruskan kalimat, fiksi mini, dan membuat kalimat dari gambar dan lain sebagainya..
Terimakasih.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan kalau mau jadi kesayangan aku :) JANGAN PAKAI AKTIF LINK YA!
Jika ingin kasih sayang berlebih bisa ke benbenavita @ gmail . com