Setelah puas menikmati wisata rumah teletubbies, Rini mengajak saya untuk mengunjungi tempat wisata di Yogyakarta lainnya, Candi Ijo. Candi yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah dome ini membuat saya mengiyakan ajakan Rini. Hingga akhirnya dengan mata yang bersayu-sayu karena mengantuk dan panasnya Yogyakarta pagi itu, membuat saya harus tetap pergi.
Setiba di sana, kami memarkirkan kendaraan dan harus berjalan kaki menuju loket dengan jalanan yang menanjak. Candi yang terkenal sebagai candi tertinggi di Yogyakarta ini, sudah membuat saya ngos-ngos-an, padahal masih menuju loket. Setelah tiba di atas, saya memilih untuk ngadem di bawah pohon. PUANASE POUL OGH. Di bawah pohon ceri, saya mengambil foto sekitar, dan akhirnya tertidur pulas dengan bisikan angin yang berhembus pelan-pelan. Cukup 2 jam saja saya tertidur di bawah pohon, sedangkan Rini entah pergi kemana, pamitnya sih mau mengambil foto sekitar. Belum puas untuk tidur, saya terbangun karena dering handphone pengunjung sebelah dan tidak bisa tidur kembali. Agh! Enggak lama Rini datang dan dengan santainya malah tanya,
“Ka Ben udah bangun?”
Candi Ijo ini salah satu spot terbaik untuk menikmati matahari tenggelam (sunset) selain candi Ratu Boko tentunya. Dikatakan tertinggi karena memang letaknya tinggi, di atas bukit gitu, dengan ketinggian 375 mdpl. Dahulu diberi nama Bukit Ijo (Gumuk Ijo) makanya enggak salah plang jalan menunjukkan tulisan “gumuk ijo”. Candi ijo ditemukan pertama kali oleh administrator pabrik gula soro gedug, karena dulu mau cari lahan untuk tanam tebu. By the way, Candi Ijo ini bercorak hindu, ya.
Kalau kamu bosen berkunjung ke Candi Borobudur yang ada di Magelang atau Candi Prambanan, bisa, lho, sekali-kali explore Candi Ijo. Tapi, menurut mitos candi ijo ini terkenal karena ada buto ijo atau kolor ijo. Halah mbelghedes. Musyrik. Ndak ada apa-apa di sana, cuma ada candi dan pengunjung aja. Tiket masuk Candi Ijo kurang dari Rp 10.000 -,
Untuk pergi ke Candi Ijo, kamu bisa mengikuti rute yang saya berikan ini, eh, melalui peta saja, ya, biar lebih mudah dan pasti sampai. Ingat kalau ada plang penunjuk jalan bertuliskan “Gumuk Ijo” itu berarti Bukit Ijo atau Candi Ijo, ya.
Selamat berjalan-jalan!
25 Juli 2017,
Planet Namec
Kesayangan Kamu.
Gue kira candinya warna ijo juga wkwkwk
ReplyDeleteKalau masalah Candi, di Jogja keren banget.
ReplyDeleteNggak ada foto kak benanya.. :(
ReplyDeletepancaaaal, gaspol!
ReplyDeletenek ra enek buto ijo & kolor ijo, es pisang ijo enek nggak mbak? XD
lah, katanya dulu ada post-post'an yang pas ke candi plaosan? kok kaya e belom di post-post yak? *menunggu*
huaaa.. mblegedhes abis. apalagi sore ke candi ijonya. mantep
ReplyDeleteWarnanya kurang ijo...kalo ijo, harusnya dibawa ke beskem...hehehe
ReplyDeletehooo... baru tau ada Candi Ijo di Jogja.. btw, kalo nemu candi gtu boleh disimpen sendiri ga ya..
ReplyDeleteAku pernah sunsetan di sini, Kak. Kece memang.
ReplyDelete.... Enaknya tidur...... Di bawah angin sepoi sepoi pulak. Terakhr aku tidur di bawah pohon kapan ya? Udah lama sekali. Pas kecil. Trus g berani tidur di luar lagi. Gara gara takut dililit ular. Ahahaha....
ReplyDeleteCandinya bersih ya keliatannya
Waktu ke Prambanan beberapa waktu lalu saya sebenarnya sudah pengen mampir ke Candi Ijo, tertarik mengulik mengapa ia disebut Candi Ijo ingin berkeliling dan melihat-lihat bentuk Candi tersebut. Sayangnya belum kesampaian.
ReplyDeleteDengan harga tanda masuk Rp10.000, pasti terjangkau oleh masyarakat. Semoga Candi Ijo tetap Lestari
Btw kenapa fotonya miring gitu, kak? ahaha
ReplyDeletepas ambilnya mungkin lagi oleng :p
Delete