Ajakan untuk menelusuri goa menjadi sangat menarik ketika menggunakan kata ganti
“Ayo, Ben kita caving.”
Sama seperti ajakan makan bakso menjadi meat balls. Entahlah, saya merasa ditipu. Ih.
Beberapa minggu lalu, saya mengelilingi perut bumi untuk ketiga kalinya. Yang pertama dan kedua ketika saya mudik ke Pacitan dan berwisata ke Goa Gong serta Goa Tabuhan. Sedangkan ketiga kalinya ini saya ditemani bersama dengan tiga pria super roti sobek. Tidak seperti keliling goa pada sebelumnya. Di goa ini saya diharuskan menggunakan pakaian lengkap seluruh badan yang biasa disebut cover all, sepatu boots, dan helm sebagai pelindung kepala.
Sebelum masuk ke pintu utama goa diharuskan menaiki anak tangga yang cukup menguras tenaga karena tangganya ampun deh. Kurang lebih 1 km atau setara dengan 250 anak tangga, bisa lebih. He he he. Setelah tiba di pintu masuk goa, jika kamu ingin langsung melanjutkan perjalanan ya monggo, namun saat itu saya memilih untuk istirahat tidur mengingat malam sebelumnya tidak dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan tiga pria super roti sobek sibuk menghidupkan api untuk minum segelas kopi. Ha ha ha.
Setelah tenaga berkumpul sempurna saya dan 3 pria super roti sobek ini melanjutkan perjalanan menelusuri goa berbekal headlamp di atas kepala dan ventolin (untuk saya), yang lainnya berbekal lebih banyak seperti air putih, makanan, kamera dan perintilannya.
Dari sekian banyak perjalanann menelusuri goa, terdapat staglatit dan staklamit yang masih hidup dan tidak diperbolehkan untuk menyentuhnya. Bentuk staglatit dan staklamitnya juga beragam, mulai dari jamur, hewan, dan lainnya. Tapi, yang membuat saya bertahan lama memandang lebih lama ketika melihat staklamit berbentuk payudara. Hehehe. Kok bisa begitu, ya…
Oh, jangan salah, saat merangkak supaya bisa menelusuri goa, keadaan dalam goa ini basah air dan sedikit berlumpur. Jadi, enggak usah kaget kalau pakaianmu banyak kotoran dari lumpur. Hal yang biasa dilakukan oleh traveler, kalau traveler. Hehehe.
Goa Petruk ini dibagi menjadi 3 bagian, bagian pertama seperti yang sudah saya jabarkan di awal hanya terdapat kelelawar yang berterbangan dan aroma dari poopnya. Bagian kedua akan melihat banyak staglatit dan staklamit dengan berbagai bentuk. Bagian ketiga inilah yang mengapa disebut dengan Goa Petruk karena terdapat batu yang berbentuk hidung panjang seperti Petruk. Hanya saja karena ulah Belanda pada waktu melakukan penambangan phosfat, hidung Petruknya putus dan sekarang tidak kelihatan lagi.
Kamu yang ingin berkunjung ke sini dapat menjangkaunya dengan mudah. Sepertinya. Letaknya di Dukuh Mondoyono, Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Kalau dari Purwokerto ambil arah Gombong. Susah ya? Iya. Saya berikan google maps supaya dapat menjangkaunya semakin mudah oleh lokasi terakhirmu.
Harga tiket masuk ketika saya berkunjung ke sini sebesar Rp 8.000 biaya parkir mobilnya tidak dihitung. Tidak mempunyai cover all dan perlengkapan lainnya? Kamu bisa menyewanya.
SELAMAT MENJELAJAH PERUT BUMI.
Eh salah. SELAMAT CAVING maksudnya.
Planet Namec,
29 Oktober 2017
Kesayangan kamu.