Perjalanan saya kali ini disponsori kesedihan, enggak deng. Bersama dengan Aris, saya menyusuri Kota Kecil Tiongkok yang berada di Lasem. Perjalanan saya dimulai dari Semarang dengan menggunakan transportasi bus menuju Terminal Bus Terboyo dan melanjutkan perjalanan ke Rembang selama 3 jam dengan biaya Rp 90.000 per orang untuk bus AC. Sepanjang jalan Aris hanya tertidur sementara saya terus memperhatikan peta supaya tidak bablas hingga Surabaya.
Tiba di alun-alun Rembang, saya dan Aris memilih untuk check in penginapan guna menaruh barang bawaan yang sangat berat, kemudian melihat peta lokasi dari tempat menuju Lasem. Setelah bertanya dengan Pak Polisi sekitar, kami disarankan untuk naik microbus dan dapat turun langsung di depan gang Kota Tiongkok Kecil tersebut dengan mengeluarkan Rp 10.000 per 2 orang.
Kami menyebrang di tengah ramainya kendaraan transformer dan langsung masuk ke gang yang dimaksud. Bangunannya sangat dahulu sekali. Tembok-tembok dan ornament jendela serta pintunya benar-benar memiliki ciri khas yang berbeda. Bibir saya tersenyum kecil mengingat betapa inginnya saya berkunjung ke sini. Saya dan Aris memilih untuk berjalan kaki sambil menikmati sepi-nya pemandangan di sini. Berfoto bak turis mancaJakarta. Mengamati setiap sudut bangunan yang unik. Warna-warna pudar dan cerah dari setiap bangunan juga menjadi daya tarik tersendiri.
Pondok pesantren, gereja, bahkan klenteng semua menjadi satu di Kota Tiongkok Kecil ini. Rumah Oma Opa saya tidak menemukannya, mungkin yang itu, hanya saja kami tidak berani masuk mengingat ada hewan peliharaan yang menggonggong di depan pintu. Jadi kami memilih menuruskan ke bangunan warna merah mencolok. Tiongkok Kecil Heritage namanya. Pada bagian depan dipajang bangunan before dan afternya, tak lupa foto kunjungan pejabat negara yang diabadikan dalam bingkai. Peta dari Kota Tiongkok Kecil ini, serta tulisan mengenai Lasem pada majalah traveler ternama. Sedangkan pada bagian belakang terdapat sumur yang kuno sekali dan diberikan nuansa kuning sehingga eye catching. Di bagian depan sebelah kiri terdapat toko yang menjual berbagai makanan dan minuman serta kain batik khas Lasem yang bisa kamu jadikan sebagai buah tangan.
Tidak sampai di sana saja. Saya dan Aris juga sempat berkeliling dan melihat tempat makan ala modern, namanya pondok antique. Sore hari itu terasa lebih sepi, mungkin karena bukanya pada malam hari atau entah sudah tutup, jadi kami hanya melewatinya saja. Anak kecil yang sedang berkumpul juga enggak lupa meminta untuk foto.
Selesai dari Kota Tiongkok Kecil, saya dan Aris berjalan melalui jalan lain sehingga melewati pasar Lasem dan Masjid Jami’ yang paling banyak pengunjung ziarahnya karena sebagai salah satu bukti penyebaran islam di Pantai Utara. Setelahnya kami menyebrang dan menikmati Nasi Gandul dengan harga yang murah tentunya. Kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus besar dan turun kembali di Alun-alun Rembang.
Terima kasih Lasem! Terima kasih Aris, you know what I mean pastinya!
Planet Namec,
29 Oktober 2017
Kesayangan Kamu.
Daerahnya keren, suka banget liat foto-fotonya.
ReplyDeleteBagus ya Lasem ini. Belum kesampaian kesana. Mana foto nasi Gandulnya deh ? ga diposting ah
ReplyDeletekan kan bagus
ReplyDeleteaku mupeeng banget ke sini
liat sisa2nya geger pecinan
rumah2nya masih eksotik mbak ben
Ini tentang Lasem atau tentang Aris? :0
ReplyDeleteLiat foto Lasemnya pun aku ikutan senyum-senyum. Rindu.
ReplyDelete