Festival Jajanan Bango 2018. Beberapa waktu lalu saya menyempatkan hadir di acara kuliner paling fenomenal, Festival Jajanan Bango 2018. Ajakan dari Tim Imaji (Stephanus) membuat saya berpikir keras katanya diajak oleh Mas Arie Parikesit. Selain lama tidak bersua, saya juga merindukan kami membuat video kuliner bersama tim Imaji.
Festival Jajanan Bango 2018 tahun ini diadakan di dua kota, yakni; Jakarta dan Makassar. Untuk Jakarta berlokasi di Park & Ride Thamrin 10 pada 14-15 April 2018 lalu. Kota kedua di Makassar pada tanggal 5-6 Mei 2018 di Lapangan Karebosi.
Terdapat 83 jenis makanan yang tersaji di FJB 2018 (demikian orang menyebutnya) ini sebagai wujud komitmen Kecap Bango untuk melestarikan warisan kuliner Indonesia. Mulai dari Soto Sokaraja, Pempek, Mie Cakalang, Sate ayam, Nasi goreng hingga baik saya maupun pengunjung bingung memilih yang mana.
Setelah berkeliling di semua booth akhirnya pilihan pertama saya jatuh pada Sate Klatak. Sate klatak khas Yogyakarta ini berhasil menggoyah-goyahkan lidah saya pada setiap gigitan. Padahal kalau saya berada di Jogya enggak pernah mencicipinya. Dengan harga Rp 25.000 pengunjung sudah dapat menikmati 2 tusuk Sate Klatak bersama dengan nasi ataupun lontong. Siang itu panas sekali, pilihan kedua saya jatuh pada Es Oyen, Es Oyen atau yang biasa dikenal dengan es campur sepengetahuan saya berasal dari Bandung. Isian dalam es oyen ini berisi mutiara, kelapa, cendol, serutan es batu, dan gula cair. Jika selera ditambahkan susu.
Perut masih mampu menampung jajanan lainnya, akhirnya saya dan kekasih memutuskan untuk mengonsumsi makanan berat. Pilihan saya jatuh pada Soto Sokaraja mylaff. Kangen banget makan Soto Sokaraja langsung dari Purwokerto dan Festival Jajanan Bango ini menghadirkannya. Kekasih saya memilih Mie Aceh Kepiting, rasanya sesuai dengan selera saya namun tidak padanya, katanya pedas.
Es Krim Walls juga berkolaborasi pada FJB tahun ini, mereka menyediakan es krim rasa kelapa gratis pada pengunjung. Sungguh enak dan surga sekali 'ya. Terdapat juga jajanan ala Pasar Baroe, yaitu; kikil pedas, usus pedas, kulit ayam. Pilihan jatuh pada Kikil dan usus pedas dari Mas Arie.
Sehari? Mana cukup. Keesokan harinya saya kembali lagi ke FJB. Kalau hari sebelumnya saya datang pada siang hari, kali ini saya datang lebih sore menjelang malam. Lagi dan kembali saya menikmati es oyen. Bikin nagih sih asli. Kemudian saya membungkus pempek dan martabak kubang. Saya dan Kekasih sempat menikmati empal gentong Cirebon, namun rasanya diluar ekspetasi kami. Kerinduan kami akan kuliner Cirebon sirna begitu saja setelah menikmati empal gentong yang rasanya mengecewakan.
Selesai berkeliling, akhirnya kami evaluasi event ini. Haha. Pada hari pertama memang lebih crowded, mungkin panitia tidak menyangka kalau pengunjung yang hadir akan seuforia ini, lalu pada hari kedua lebih banyak meja dan bangku yang disediakan.
Dengan tiket masuk sebesar Rrp 10.000 pengunjung sudah dapat menikmati seluruh jajanan di Festival Jajanan Bango 2018 ini. Akhir kata namun tidak akan berakhir sampai bertemu di Festival Jajanan Bango 2019. Terima kasih Stephanus, Terima kasih Mas Arie, Terima kasih Kekasih.
Wisma Kodel,
30 April 2018
Kesayangan Kamu.
Festival Jajanan Bango 2018 tahun ini diadakan di dua kota, yakni; Jakarta dan Makassar. Untuk Jakarta berlokasi di Park & Ride Thamrin 10 pada 14-15 April 2018 lalu. Kota kedua di Makassar pada tanggal 5-6 Mei 2018 di Lapangan Karebosi.
Terdapat 83 jenis makanan yang tersaji di FJB 2018 (demikian orang menyebutnya) ini sebagai wujud komitmen Kecap Bango untuk melestarikan warisan kuliner Indonesia. Mulai dari Soto Sokaraja, Pempek, Mie Cakalang, Sate ayam, Nasi goreng hingga baik saya maupun pengunjung bingung memilih yang mana.
Setelah berkeliling di semua booth akhirnya pilihan pertama saya jatuh pada Sate Klatak. Sate klatak khas Yogyakarta ini berhasil menggoyah-goyahkan lidah saya pada setiap gigitan. Padahal kalau saya berada di Jogya enggak pernah mencicipinya. Dengan harga Rp 25.000 pengunjung sudah dapat menikmati 2 tusuk Sate Klatak bersama dengan nasi ataupun lontong. Siang itu panas sekali, pilihan kedua saya jatuh pada Es Oyen, Es Oyen atau yang biasa dikenal dengan es campur sepengetahuan saya berasal dari Bandung. Isian dalam es oyen ini berisi mutiara, kelapa, cendol, serutan es batu, dan gula cair. Jika selera ditambahkan susu.
Perut masih mampu menampung jajanan lainnya, akhirnya saya dan kekasih memutuskan untuk mengonsumsi makanan berat. Pilihan saya jatuh pada Soto Sokaraja mylaff. Kangen banget makan Soto Sokaraja langsung dari Purwokerto dan Festival Jajanan Bango ini menghadirkannya. Kekasih saya memilih Mie Aceh Kepiting, rasanya sesuai dengan selera saya namun tidak padanya, katanya pedas.
Es Krim Walls juga berkolaborasi pada FJB tahun ini, mereka menyediakan es krim rasa kelapa gratis pada pengunjung. Sungguh enak dan surga sekali 'ya. Terdapat juga jajanan ala Pasar Baroe, yaitu; kikil pedas, usus pedas, kulit ayam. Pilihan jatuh pada Kikil dan usus pedas dari Mas Arie.
Sehari? Mana cukup. Keesokan harinya saya kembali lagi ke FJB. Kalau hari sebelumnya saya datang pada siang hari, kali ini saya datang lebih sore menjelang malam. Lagi dan kembali saya menikmati es oyen. Bikin nagih sih asli. Kemudian saya membungkus pempek dan martabak kubang. Saya dan Kekasih sempat menikmati empal gentong Cirebon, namun rasanya diluar ekspetasi kami. Kerinduan kami akan kuliner Cirebon sirna begitu saja setelah menikmati empal gentong yang rasanya mengecewakan.
Selesai berkeliling, akhirnya kami evaluasi event ini. Haha. Pada hari pertama memang lebih crowded, mungkin panitia tidak menyangka kalau pengunjung yang hadir akan seuforia ini, lalu pada hari kedua lebih banyak meja dan bangku yang disediakan.
Dengan tiket masuk sebesar Rrp 10.000 pengunjung sudah dapat menikmati seluruh jajanan di Festival Jajanan Bango 2018 ini. Akhir kata namun tidak akan berakhir sampai bertemu di Festival Jajanan Bango 2019. Terima kasih Stephanus, Terima kasih Mas Arie, Terima kasih Kekasih.
Wisma Kodel,
30 April 2018
Kesayangan Kamu.