Semasa sekolah, saya selalu menyempatkan diri untuk ke perpustakaan setiap jam istirahat. Baik itu meminjam buku, ataupun membaca di tempat. Hobi membaca buku sejak sekolah membawa ke arah implusif setiap ke toko buku. Kenapa? Karena menurut saya semua buku menarik untuk dibaca.
Hingga sekarang, masih ada buku yang belum saya baca dan masih tersegel plastik, padahal pembeliannya sudah terlampau lama. Koleksi yang masih tersimpan rapi adalah komik Detective Conan. Kalau ditanya kapan terakhir kali ke toko buku, saya masih bisa menjawab dengan detail yaitu 5 Oktober 2018, membeli beberapa buku bisnis dan strategi.
Saya jadi ingin menceritakan beberapa kisah ketika melakukan perjalanan. Di Purwokerto terdapat desa yang menurut saya sangat minim. Desa-nya lumayan jauh dari kota Purwokerto, di desa tersebut terdapat taman bacaan untuk anak-anak sekitar, namanya Taman Bacaan Kudi, yang dibangun oleh salah satu teman saya. Di bangunan dengan ukuran persegi yang diisi beragam buku bacaan anak kecil membuat anak-anak di sana antusias untuk membaca. Minimnya fasilitas seperti pendingin ruangan ataupun AC serta karpet supaya anak-anak dapat membaca dengan nyaman. Selain gemar membaca buku, anak-anak di Taman Bacaan Kudi juga sering melakukan pentas seni khas Banyumas. Kenthongan mereka menyebutnya. Memainkan alat musik kenthongan kemudian beberapa anak kecilnya menari dengan lincah. Duh! Saya jadi rindu melihat mereka menari dan bermain kenthongan.
Selain Taman Bacaan Kudi, beberapa minggu yang lalu saya juga menyempatkan diri ke Rumah Dunia milik Gol A Gong. Selain buku-buku, di rumah dunia ini anak-anak dapat mengikuti kelas menulis, sastra, dan puisi, terdapat pertunjukkan seni teater juga.
Minat membaca di sini (enggak tahu di mana, sekitar kita, dong) saya akui memang kurang, terlebih lagi adanya buku digital. Teknologi semakin canggih, semua yang ingin dibaca sudah ada digenggaman dan mudah diakses. Kemudahan dalam mengakses segala informasi dalam handphone membuat diri kita secara tidak langsung membuat kita menjadi pribadi yang malas. Malas untuk mencari informasi yang benar, dan siap menerima informasi hoaks. Hmm, sungguh memprihatinkan.
Saya mendapatkan informasi bahwa BCA ternyata mempunya gerakan #BukuUntukIndonesia dan sudah berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 2,452,287,951 atau kalau susah sekitar 2,4 miliar, deh 'ya. Tapi ditotalin menjadi Rp 2,553,000,000 jadi berapa? 2,5 miliar. Dana tersebut dikonversi menjadi 43.734 buku yang kemudian disalurkan ke 111 sekolah yang berada di 60 area di Indonesia. Wah, sungguh banyak. BCA berhasil menambah minat baca bagi penerus generasi bangsa. Saya bangga. Sekolah-sekolah yang menerima donasi antara lain tersebar di Aceh dan Lampung mewakili daerah Sumatera. Sedangkan yang mewakili Jawa adalah Garut dan Solo. Lalu yang mewakili Kalimantan ada di Singkawang. Kemudian yang mewakili Sulawesi terdapat di Makassar, Manado. Serta Kupang.
Sebagai generasi penerus bangsa yang cerdas memang harus diimbangi dengan membaca buku. Buku yang berkualitas dan mendidik justru ini akan menjadi tunas-tunaa bangsa yang kelak akan mewarisi negeri ini.
Terima kasih BCA, saya bangga :)
17 November 2018,
Singkawang,
Kesayangan Kamu.
Disclaimer:
Disclaimer:
***Postingan ini dibuat dalam rangka kerjasama dengan PT. Bank Central Asia (BCA). Informasi dan postingan lainnya dapat dilihat pada hashtag #BukuUntukIndonesia.***
Wah programnya bermanfaat banget nih. Tapi apakah mungkin dengan sumbangan sejumlah buku itu bisa menambah minta baca orang indonesia? Mengingat kecanggihan teknologi saat ini.
ReplyDelete